Saat semua merasa sebagai yang paling benar dan berguna, apa yang terjadi? Pertengkaran yang didapat.
Ini pula yang terjadi pada warna-warna yang ada di bumi. Saat si Hijau berkata, “Akulah yang terpenting. Aku simbol kehidupan dan pengharapan. Aku dipilih oleh padi, rerumputan, dan pepohonan. Tanpa diriku, semua makhluk akan mati.”
Si Biru langsung membalas demikian, “Jangan hanya berpikir tentang Bumi. Lihatlah birunya langit dan lautan luas. Air adalah sumber kehidupan, langit memberi ruang dan kehidupan.”
Tidak mau ketinggalan, Si kuning menimpali, “Ah, kalian terlalu serius. Aku membawa kegembiraan dan kehangatan di dunia. Matahari berwarna kuning, juga Bulan. Tanpa kehadiranku, maka tak ada kegembiraan.”
“Aku simbol kesehatan dan kekuatan. Buktinya, aku dipercaya melayani kebutuhan manusia, membawa vitamin-vitamin penting bagi kehidupan. Coba lihat aku pada wortel, labu, jeruk, dan papaya,” kata Si jingga tidak mau kalah.
Sementara Si merah berkata demikian, “Aku darah kehidupan! Lambang keberanian dan cinta. Tanpaku, Bumi akan kosong melompong.”
Si ungu langsung menimpali, “Aku adalah warna aristokrat dan kekuatan. Para raja dan pemimpin selalu memilih warnaku untuk pakaian dan aksesori mereka.”
Semakin sengit dengan pendapat masing-masing, tiba-tiba muncul kilat dan suara petir yang mengantarkan hujan deras. Sontak warna-warna tadi langsung merunduk ketakutan. Semua saling berdekatan dan kompak mencari perlindungan.
Saat itu hujan yang turun berkata, “Hei kalian para warna, Jangan bertengkar! Ketahuilah, masing-masing kalian diciptakan untuk tujuan khusus, unik, dan berbeda satu sama lain. Kemarilah, saling bergandeng tangan.”
Warna-warna kemudian mengikuti aba-aba Sang hujan. “Mulai sekarang setiap kali turun hujan, masing-masing kalian akan terentang di udara dalam satu pelangi yang indah, sebagai peringatan bahwa kalian harus hidup bersama dalam damai.”
Kenapa harus bertengkar, bila damai itu lebih indah?
Untuk menciptakan perdamaian, satu yang harus diredam adalah ego masing-masing. Ilustrasi warna dan pelangi ini bisa kita ibaratkan kondisi Indonesia saat ini. Perbedaan masih menjadi bahan utama pemicu konflik.
Ragam suku, ras, agama, dan antar golongan (SARA) harusnya bisa menjadikan alat pemersatu. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Masyarakat masih sangat rentan dengan perbedaan dan menjadikannya sebagai alat pemecah.
Sama seperti warna, setiap kita tentu memiliki tujuan masing-masing dan diciptakan secara unik. Mari gunakan keragaman SARA sebagai kekuatan demi kemajuan bersama. We are united to build!
Apakah artikel ini memberkati Anda? Jangan simpan untuk diri Anda sendiri. Ada banyak orang di luar sana yang belum mengenal Kasih yang Sejati. Mari berbagi dengan orang lain, agar lebih banyak orang yang akan diberkati oleh artikel-artikel di Jawaban.com seperti Anda. Caranya? Klik di sini
Sumber : Intisari-online/Jawaban.com | Theresia Karo Karo